Selasa 1 April 2014 malam lalu, rakyat Chile panik. Bumi yang mereka
pijak berguncang hebat. Saat itu, gempa berkekuatan 8,2 skala Richter
bergemuruh di lepas pantai dan memicu tsunami -- meski tak sedahsyat
yang terjadi di Aceh.
Namun, meski mengalami bencana sehebat itu,
'hanya' 6 orang yang tewas. Aparat menyebut, 4 dari mereka meninggal
gara-gara longsor yang dipicu gempa, listrik yang mati, dan kena
serangan jantung gara-gara mendengar soal tsunami. Dua lainnya akibat
tertabrak.
Padahal, itu bukan bencana sembarangan. Lindu membuat
lebih dari 2.500 rumah mengalami kerusakan struktural di kota pelabuhan
Iquique dan sekitarnya. Hampir 928.000 orang diungsikan.
Ketika gempa susulan 7,8 SR melanda Chile Rabu malam. Tidak ada yang cedera apalagi tewas.
Mengapa
korban jiwa di Chile relatif sedikit? Jawabannya, negara itu menerapkan
standar bangunan yang ketat. Rumah-rumah, gedung, dan infrastruktur
lain tak mudah ambrol akibat guncangan. Tak ada dana pembangunan yang
dikorup!
Ribuan rumah yang rusak akibat gempa 8,2 SR, sebagian besar dibangun dengan dispensasi standar memakai biaya subsidi pemerintah.
"Chile
berada di kawasan seismik aktif di dunia, namun menerapkan standarisasi
bangunan yang baik dan ketat. Mirip California," kata John Bellini,
ahli geofisika dari USGS seperti dimuat CNN, Kamis (3/4/2014).
"Karena
itulah, kita semua menyaksikan kerusakan yang jauh lebih sedikit dari
negara lain yang mengabaikan standar bangunan... itu mungkin salah satu
alasan tak jatuh korban banyak meski terjadi gempa dengan kekuatan
sebesar itu," sambungnya.
Rakyat Chile juga sudah biasa
menghadapi bencana. Dan siap. "Mereka tahu apa yang harus dilakukan.
Menganggap bencana bagian dari hidup mereka. Ditambah aturan bangunan
yang ketat diterapkan. Mitigasi bencana adalah bagian dari budaya
mereka," ujar John
Sebelumnya, pada 27 Februari 2010, gempa
dengan kekuatan 8,8 skala Richter mengguncang Chile. Korbannya relatif
banyak, sekitar 500 orang.
Sebulan sebelumnya, pada 12 Januari
2010, gempa dengan kekuatan 7,0 skala Richter menggucang Port-au-Prince,
Haiti. Akibatnya jauh lebih tragis. Sebanyak 70 persen struktur di
ibukota itu rata dengan tanah, 230 ribu orang tewas. Gempa yang lebih
kecil dari apa yang terjadi di Chile.
"Dua kejadian tersebut
adalah contoh sempurna dari perbedaan aturan pembangunan dan
penegakkannya di 2 lokasi berbeda," kata Bellini. "Aturan dalam
membangun memainkan peran penting untuk menentukan sejauh mana kerusakan
dan kehancuran akibat gempa, juga jumlah korban."
Ring of Fire
Dalam
laporan 2011, Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana menyebut
Chile sebagai negara dengan aturan pembangunan paling ketat.
Pelaksanaannya yang sungguh-sungguh terbukti melindungi warga negaranya
dari malapetaka.
Pemerintah Chile juga gencar menyiapkan warganya
untuk menghadapi bencana. Sekitar 500.000 orang berpartisipasi dalam
simulasi di bulan Mei 2012 di wilayah pesisir Valparaiso.
Laporan
PBB juga menemukan bahwa gempa Haiti, yang melanda lebih dekat dari
permukaan daripada di Chile, "tidak cocok untuk rumah dan bangunan".
"Di
Haiti, selain kurang ketatnya aturan bangunan, rakyatnya tidak memiliki
pengalaman sejarah menghadapi gempa besar," kata Bellini. Terakhir kali
gempa dahsyat terjadi lebih dari 100 tahun lalu."
Chile terletak
di busur gunung berapi dan garis patahan yang mengelilingi Samudera
Pasifik --atau lebih dikenal sebagai "Ring of Fire " (Cincin Api
Pasifik).
Mark Simons, ahli geofisika di Caltech, Pasadena,
California mengatakan, Chile sering mengalami letusan gunung api dan
gempa bumi. Sejak 1973, lebih dari 10 kejadian gempa yang kekuatannya di
atas 7 skala Richter.
Gempa yang terjadi Selasa lalu berguncang
di garis patahan sepanjang pantai Chile yang terus-menerus bergeser
dalam 140 tahun terakhir.
Posting Komentar